
Kabupaten Timor Tengah Selatan, dextra.biz.id- Pada tahun 2025, Pemerintah Indonesia meluncurkan program Makanan Bergizi Gratis (MBG) sebagai upaya untuk meningkatkan kualitas gizi masyarakat. Langkah ini diinisiasi oleh Presiden Prabowo Subianto, yang resmi menjabat sebagai presiden usai terpilih dalam Pemilu 2024.
Untuk mendukung pelaksanaan program tersebut, pemerintah telah mengalokasikan anggaran sebesar Rp71 triliun dalam rancangan Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) 2025. Program ini membutuhkan dukungan berbagai sektor, termasuk pertanian, peternakan, dan industri pangan, guna memastikan ketersediaan bahan pangan yang cukup dan berkualitas.
Menteri Pertanian, Andi Amran Sulaiman, menyatakan komitmennya untuk mendukung penuh program ini dengan meningkatkan produksi daging sapi, kambing, dan ayam di Indonesia. Namun, di Kabupaten Timor Tengah Selatan (TTS), kesiapan untuk mendukung program ini masih menjadi tantangan besar, terutama dalam penyediaan bahan baku seperti daging, ikan, sayuran, dan buah-buahan.
Tantangan di Kabupaten TTS Kabupaten TTS masih menghadapi kendala dalam memenuhi kebutuhan pasar untuk mendukung program MBG, khususnya bagi anak sekolah, ibu hamil, dan menyusui. Hal ini disebabkan oleh kurangnya kesiapan peternak lokal dalam memproduksi ayam pedaging, ayam petelur, serta hasil tani dan perikanan lainnya.
Situasi ini diperparah oleh fluktuasi harga bahan pangan, seperti daging sapi, telur, ikan, dan sayuran, yang kerap melonjak saat momen tertentu seperti Natal dan Tahun Baru. Jika tidak ada langkah strategis, pelaksanaan program MBG di Kabupaten TTS dikhawatirkan akan memicu inflasi besar-besaran di pasar lokal.
Upaya dan Dukungan Masyarakat Program MBG memerlukan data pendidikan sebagai dasar perencanaan. Di Kabupaten TTS, terdapat sekitar 100.040 siswa dari jenjang PAUD hingga SMP yang membutuhkan alokasi dana sebesar Rp10.000 per siswa per hari.
Total kebutuhan anggaran dari APBN untuk wilayah ini mencapai Rp1,04 miliar. Namun, ketersediaan bahan baku di pasar lokal masih jauh dari cukup.
Aktivis muda TTS, Dextra Piterson Mayok, ST., menggagas inisiatif dengan berkonsultasi bersama berbagai tokoh masyarakat. Salah satunya adalah Dr. Franchy Christian Liufeto, seorang dosen Universitas Nusa Cendana, yang menekankan perlunya kolaborasi lintas sektor, termasuk pertanian, peternakan, dan perikanan, untuk mendukung keberlanjutan program ini.
Selain itu, Dextra juga berdiskusi dengan beberapa pensiunan ASN, seperti Bapak Putra Asli Tirta Indra Babys dan Bapak Agustinus Liunokas, SE., untuk merancang solusi konkret, termasuk membentuk usaha peternakan ayam pedaging dan ayam petelur. Para pensiunan ASN ini sepakat menggalang modal usaha melalui pinjaman untuk mendukung produksi pangan lokal yang dibutuhkan.
Optimisme di Tengah Kendala Meskipun banyak tantangan, diskusi dan kolaborasi lintas elemen masyarakat di Kabupaten TTS menunjukkan adanya optimisme kuat. Dengan dukungan berbagai pihak, Kabupaten TTS diharapkan mampu berkontribusi pada kesuksesan program unggulan Presiden Prabowo Subianto ini. Upaya ini sekaligus menjadi langkah strategis dalam meningkatkan kualitas hidup masyarakat dan menciptakan generasi yang lebih sehat dan cerdas. (Teguh Ari Prianto/Nendy S.)